top of page

Dealing with Eating Disorder

  • Auli Cinantya
  • Sep 16, 2017
  • 3 min read

Karena sesuatu yang kurang ataupun berlebihan tidaklah baik.




“Anda terlihat sangat kurus, Anda harus makan lebih banyak!” atau “Kamu sepertinya perlu diet keras…” Apakah Anda pernah berkata demikian kepada seseorang atau sebaliknya? Ternyata, hanya dari ungkapan itu seseorang bisa merasa tertekan. Seseorang bisa berubah stress dan mengalami menurunnya kepercayaan diri yang mengarah pada gangguan pola makan. Bahayanya, gangguan pola makan atau perilaku makan yang menyimpang dapat terjadi tanpa kita sadari.


Gangguan pola makan dapat terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita dalam level yang bervariasi. Tidak sedikit orang mengabaikan hal ini karena tidak terlihat fatal. Namun sebagaimana penyakit psikosomatis lainnya, gangguan ini cukup serius. Ada beberapa jenis gangguan makan yang pada akhirnya menyebabkan masalah kesehatan yang kronis, seperti obesitas, masalah lambung, tekanan darah rendah, dan sebagainya. Praktisi Gizi Klinik, Kebugaran & Olahraga, Rita Ramayulis, DCN, M.Kes menjelaskan hal-hal yang perlu Anda ketahui seputar gangguan pola makan


Mengenali Gangguan Pola Makan

Gangguan pola makan atau yang disebut juga dengan perilaku makan yang menyimpang ialah gangguan perilaku makan yang kompleks dan memberikan dampak pada keadaan fisik dan atau mental. Gangguan pola makan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa dan eating disorder not otherwise specified (EDNOS) seperti binge eating.

  • Anorexia Nervosa diartikan sebagai hilangnya nafsu makan dalam upaya untuk mengurangi asupan makan atau untuk melaparkan diri sendiri. Penderita ini memiliki ketakutan yang luar biasa terhadap kenaikan berat badan.

  • Bulimia Nervosa merupakan perilaku makan yang menyimpang dimana seseorang mengonsumsi makanan dalam jumlah besar kemudian memuntahkannya kembali dengan paksa atau menggunakan obat pencahar atau diuretik.

  • [if !supportLists]· [endif]Binge eating disorder adalah keadaan mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak yang terus berulang namun tidak disertai dengan pemuntahan kembali. Frekuensi makan yang berlebihan ini biasanya dilakukan dua kali seminggu dan setelahnya mengalami perasaan bersalah dan malu pada dirinya sendiri, hingga menimbulkan rasa depresi.


Masalah lain penderita eating disorder

Gangguan pola makan sendiri tidak hanya akan berdampak pada ukuran tubuh saja, namun fungsi tubuh yang lain. Umumnya penderita anoreksi nervosa akan mengalami penurunan berat badan yang drastis dan pertumbuhan terhambat, resiko kerusakan tulang (osteoporosis) serta detak jantung yang melemah maupun tekanan darah yang semakin menurun.


Sedangkan seseorang yang memiliki bulimia nervosa, karena kebiasannya memuntahkan kembali makanan, hal tersebut dapat merangsang asam lambung naik ke mulut, yang dapat merusak gigi dan juga dapat membahayakan saluran gastrointestinal (luka pada mulut, pembengkakan rahang dan kelenjar saliva, iritasi tenggorokan, inflamasi esofagus)


Seseorang yang mempunyai binge eating disorder cenderung mengalami obesitas. Obesitas sendiri dapat mengundang berbagai penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan lain-lain.


Apa yang Menyebabkan Gangguan Pola Makan?

Pada umumnya, gangguan pola makan dapat terjadi pada seseorang yang terlalu mengkhawatirkan berat dan bentuk tubuhnya. Namun gangguan ini juga dapat disebabkan faktor sosioenvironmental seperti budaya, pengalaman, lingkungan pergaulan, serta faktor personal yang termasuk di dalamnya biologis atau adanya keturunan genetik, usia, jenis kelamin. “Berbagai penelitian menjelaskan adanya hubungan genetik dengan kejadian perilaku makan yang menyimpang. Terdapat kontribusi genetik sebesar 41-56% pada kasus eating disorder yang ada” ujar Rita. Rita juga menambahkan bahwa faktor perilaku yang termasuk perilaku makan, pola makan diet, dan perilaku meniru diet yang salah sangat berpengaruh terhadap seseorang.


“Berbagai penelitian menjelaskan yang paling berisiko mengalami gangguan pola makan adalah pada masyarakat atau kelompok yang mempunyai budaya ‘langsing sebagai sesuatu yang ideal menuju kesuksesan’” tutur Rita. Gangguan pola makan pun tidak hanya dialami seseorang yang terlalu kurus.


Teks Auli Cinantya

Narasumber Rita Ramayulis, DCN, M.Kes

Foto Pexels


Artikel ini telah dipublikasikan di majalah CLEO edisi Juni 2017.





ความคิดเห็น


bottom of page