Mengulik Demam Korea di Indonesia
- Auli Cinantya
- Sep 16, 2017
- 4 min read

Big Bang, BTS, Twice sampai ke drama Goblin, Descendents of the Sun, serta Running Man, semua nama itu sudah terdengar tidak asing lagi. Apa yang membuat Korean Wave sangat populer?
Dari musik dan film hingga fashion dan tren kecantikan, tidak sedikit orang Indonesia yang tergila-gila dengan Korea Selatan, yang pada awalnya terdengar sangat aneh, namun kini Anda akan menemukan segala hal yang berbau Korea (Selatan) dengan mudah. Walaupun adanya penghalang bahasa, nyatanya budaya K-pop sangat digila-gilai di Indonesia.
Korean Wave
Korean Wave atau Korean Hallyu merupakan sebuah istilah yang berasal dari Bahasa Korea, “Hallyu” mempunyai makna sebagai gelombang atau aliran, mendeskripsikan popularitas budaya populer Korea Selatan yang terus berkembang meliputi Cina, Jepang, Taiwan, dan beberapa kawasan Asia Tenggara lainnya.
Dapat dikatakan bahwa asal mula merebaknya Korean Wave di Indonesia adalah penayangan serial drama Korea yang ditayangkan oleh salah satu televisi swasta, yaitu serial drama trilogi Endless Love: Autumn in My Heart dan Endless Love II: Winter Sonata pada tahun 2002.

Seakan sebagai permulaan, berbagai stasiun televisi mulai berbondong-bondong menayangkan drama Korea di stasiun televisi mereka. Perlu diketahui, hal ini terjadi sebelum media sosial seperti YouTube ataupun platform streaming online berkembang pesat. Pengaruh budaya Korea dinilai berkembang cepat semenjak itu. Pada tahun 2004 sebuah drama Korea memilih Bali sebagai latar belakang drama mereka dengan judul Memories in Bali.
Pertumbuhan media sosial juga menjadi salah satu pemicu perkembangan yang pesat terhadap demam Korea. Pada tahun 2012, penyanyi PSY berhasil menduduki peringkat pertama sebagai video yang paling banyak ditonton di YouTube, yaitu dua miliar view, menjadikannya video pertama yang berhasil meraih angka tersebut. Di samping itu, baru-baru ini boyband group BTS (Bangtan Sonyeondan) juga berhasil meraih penghargaan Top Social Artist pada Billboard Music Awards 2017, mengalahkan Justin Bieber. Hal ini menandakan kuatnya promosi para artis Korea melalui media sosial.
Melihat antusiasme yang tinggi terhadap Korean Wave, pemerintah Korea Selatan juga turut mendorong perkembangan Korean Wave di luar negeri. Dilaporkan bahwa pemerintah Korea mendonasikan sekitar 1,4% dana pemerintahan ke dalam program budaya dan media mereka di tahun 2016. Jika diperkirakan totalnya sekitar 5.2 juta dolar. Tahun ini mereka berencana untuk meningkatkannya menjadi 2% atau sekitar 7.8 juta dolar. Dukungan ini diwujudkan dengan pembangunan fasilitas budaya dan entertainment di Korea, serta mendorong masuknya turis asing ke Korea Selatan, bahkan banyak yang membuat paket tur untuk berkunjung ke lokasi shooting drama-drama terkenal, atau mengunjungi kantor-kantor entertainment agency besar di Seoul.
Fan Culture
Popularitas musik K-pop di Indonesia mulai menyaingi musik Barat. Beberapa stasiun radio mempunyai segmen khusus untuk pemutaran lagu dan hal-hal yang membahas tentang Korea Selatan, dan tidak sedikit bermunculan konser-konser K-pop dengan skala besar tiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2011 hanya terdapat tiga konser K-pop, sedangkan pada tahun 2012 konser K-Pop tercatat sebanyak 11 konser yang diselenggarakan di Indonesia.
Peningkatan tersebut tentu saja berkat strategi pemasaran yang gencar dan juga antusiasme para penggemar musik K-Pop atau yang sering disebut sebagai Kpopers (Korean pop lovers). Indonesia sendiri mempunyai banyak forum komunitas penggemar di media sosial, beberapa bahkan mempunyai forum komunitas sendiri di setiap kota-kota di Indonesia. Tidak hanya membahas dan bertukar informasi mengenai idola mereka, namun komunitas tersebut juga mengadakan offline gathering untuk berkenalan satu sama lain, atau untuk merayakan ulang tahun idola mereka.
Melihat antusiasme dan banyaknya penggemar hal ini tentu saja dimanfaatkan dengan menggunakan strategi pemasaran yang baik. Penjualan atribut-atribut konser ataupun album special edition menjadi konsumsi yang sudah tidak asing bagi para fans. Beberapa artis bahkan mengeluarkan beberapa versi album, seperti album EXO yang memiliki 12 versi dengan foto berbeda setiap versinya.
K-Beauty and K-Fashion Trend
Sudah menjadi kebiasaan ketika kita melihat suatu produk ataupun baju yang dikenakan oleh idola dan kita akan bertanya-tanya, merek apa yang ia pakai atau kenakan. Kebiasaan inilah yang kemudian mendorong tumbuhnya tren kecantikan dan dan fashion ala Korea di Indonesia.
Ketika Anda menonton drama Korea, mungkin terkadang Anda tidak menyadari adanya sisipan produk yang selalu ditampilkan, seperti Song Hye Kyo dalam drama Descendents of the Sun yang menggunakan lipstik Laneige (karena sang artis juga merupakan brand ambassador dari produk tersebut), dan tiba-tiba Anda merasa bahwa Anda harus mempunyai produk tersebut.

Penggunaan artis Korea sebagai ambassador produk kosmetik, seperti Lee Minho sebagai ambassador Innisfree atau Miss A Suzy yang menjadi ambassador kosmetik ETUDE House mendorong para penggemar untuk membeli produk yang digunakan oleh sang idola.
Tidak hanya dalam drama, gaya mereka ketika bepergian juga sering disorot oleh media maupun fans. Artis K-pop dan K-drama sering disorot di bandara ketika mereka hendak pergi atau saat baru tiba dari luar. Penyambutan bak di karpet merah oleh fans dan paparazzi dilakukan untuk menyontek ootd mereka. Banyak perusahaan yang kemudian memanfaatkan momen tersebut untuk strategi pemasaran mereka, dari baju, tas, hingga sepatu.
Survei oleh Jajak Pendapat App pada tahun 2016 terhadap 1.239 responden berusia 15-35 tahun menghasilkan:
85.59% menghabiskan waktu 1 – 3 jam untuk menonton drama Korea setiap hari
49.39% meng-update status drama yang sedang mereka tonton di media sosial
38.58% membeli suatu produk karena muncul pada drama Korea yang mereka tonton
58.84% mengaku bahwa menonton drama Korea membuat mereka meniru gaya fashion yang ada di drama tersebut
Teks: Auli Cinantya
Foto: Istimewa, BigbBang Offical Facebook Page
Artikel ini telah dipublikasikan di majalah CLEO edisi Agustus 2017
Comments